Selasa, 17 Februari 2015

Diary of Kokoro #1

09-02-2015  19:21
Gak sengaja aku baca status seorang teman di fb, intinya “saiki wis jamane urip dhewe wis jamane tanggungjawab ning awake dhewe”.

Entah kenapa, sore tadi obrolanku bersama mb anggi menyisakan suatu hal, yaitu waktu berjalan sangat cepat tanpa disadari aku hidup di dunia ini hampir menginjak angka 20 th, dan tepatnya 4 th lagi di usiaku yg ke 22 th aku akan lulus kuliah dengan gelar S.Si dibelakang namaku. Itu bukan hal yg menyenangkan jika dilihat dari sudut padang lain. Di usia berkepala 2 itu sudah pasti tanggungjawab akan diriku semakin besar belum lagi presepsi oranglain yang seperti mewajibkan menikah ketika telah menginjak angka berkepala 2.

Menikah? Bagaimana mungkin? Aku seorang gadis yang akan berusia 19 th ditahun 2015 ini mencoba membaca diriku sendiri. mengejutkan. Aku belum siap menjadi dewasa. Aku belum siap menjadi dewasa.Kehidupanku, aku belum bisa meninggalkan keluargaku, belum bisa meninggalkan ibuku, bapakku, adik2ku.

Bahkan ketika aku harus tinggal disebuah kamar kecil di desa bernama Iromejan ini, sungguh aku tidak bisa. Sekalipun ini rumah seseorang yg disebut “simbah” oleh ibuku. Bagiku sama saja, ini menyiksaku. Aku aku tak mengenal mereka. Satupun aku tak mengenalnya.
Tau rasanya? Masuk rumah hanya berucap “assalamu’alaikum”, lalu masuk ke bilik kecil tempatku tidur. Bermeditasi, berdiam diri hanya bersama seonggok benda putih yg ku sebut leppy-chan.

Keluar kamar hanya dan hanya jika aku berurusan dengan toilet, atau dengan tenggorokanku yg kering, atau dengan perutku yg keroncongan. Itupun jika seseorang yang disebut “simbah” itu menyuruhku makan. Lucu, lucu sekali. Aku pernah menahan rasa haus dan laparku semalaman hanya karena tidak ada yg menyuruhku makan.

Apa yang terjadi padaku? apa ini? Aku sakit? apa ini salah satu gangguan psikologi? Entah. Terkadang ingin rasanya membawa diri ini ke psikiater, tp sungguh. Itu hanya lelucon garing kriyuk.

Rasanya sangat berbeda, sungguh ini menyiksa. Jujur, aku lebih memilih bolak-balik sejauh hampir 70 km dengan motor kesayanganku daripada tinggal disini. Tapi ibuku tidak memahami itu. tunggu!! Tidak,, ia memahami ku. Sangat memahamiku, ia tau ketika aku harus bolak-balik dengan jarak yg sejauh itu, tubuhku akan sakit.. tidak kuat menjalaninya.

Tapi... ini sama saja,, tak jauh beda. Ini sakit, keduanya sakit......

Apa yg salah denganku? Kenapa dengan jiwa kerdil ini?

Ketentraman jiwa yg aku mau, Ketenangan hati yg aku perlukan, Cukup itu.